Medco Komitmen Kembangkan Pertanian Organik
Tanggal : 12 October 2015 By Administrator

Sistem pertanian dan perkebunan organik dinilai lebih menguntungkan, baik dari sisi ekonomi maupun produksi serta ramah lingkungan. Karena itu, dalam program pengembangan masyarakat berkelanjutan, PT Medco E&P Indonesia lebih fokus pada penerapan sistem pertanian atau perkebunan organik ini, yang saat ini difokuskan pada tanaman padi (SRI) dan tanaman karet (Bukor).

Abdul Rahman, Supervisor of Community Enhancement PT Medco EP Indonesia mengatakan, manfaat budidaya pertanian atau perkebunan organik bisa dilihat dari sisi produksi. Dimana, sebelum dilakukan penerapan, rata-rata produksi karet masyarakat berkisar 5-9 kg per ha per hari. Usia siap sadap sebelum penerapan, yaitu enam tahun. Sedangkan setelah diterapkan dengan sistem organik, maka produksinya bisa mencapai 25-30 kg per ha per hari. Usia sadapnya pun lebih cepat, yaitu usia 3-5 tahun sudah siap disadap.

Sedangkan dari sisi ekonomi, sebelum diterapkan dengan sistem organik, petani masih membeli bibit okulasi dengan harga Rp 9 ribu per bibit. Petani juga masih harus mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk dan pestisida kimia, yang menghabiskan dana hingga mencapai Rp 8,6 juta per tahun.

"Sementara dengan diterapkan sistem organik, petani bisa membuat dan menjual bibit okulasi. Petani juga dapat membuat pupuk (mol dan kompos) dan pestisida alami dari limbah organik," papar Abdul Rahman, saat acara workshop dan sharing knowledge industri hulu migas kepada insan media di Kabupaten Musirawas, yang digelar di Lubuklinggau, Rabu (9/9/2015).

"Dari sisi harga juga menjanjikan. Disaat harga karet dikisaran Rp 6 ribu, maka harga karet hasil penerapan organik, bisa diatas Rp 10 ribu. Karena kualitasnya lebih baik," sambungnya.

Dikatakan, komitmen PT Medco EP Indonesia adalah memberikan pembelajaran kepada masyarakat terkait pertanian dan perkebunan yang ramah lingkungan berkelanjutan. Pihaknya datang kelokasi masyarakat, melihat kondisi tanahnya, sekolah lapangan, dan bagaimana mencari bibit yang baik, penyemaian dan lainnya.

"Program ini sudah berjalan sekitar delapan tahun. Untuk di Musirawas, petani kita sudah menjadi mitra pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Perkebunan," katanya.

Dikatakan, di Musirawas, penerapan karet oganik kepada masyarakat sebagai bentuk CSR sudah dilakukan di sembilan desa di Kecamatan BTS Ulu, satu desa di Kecamatan Muaralakitan dan satu Desa di Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut. Sedangkan di Kabupaten Muaraenim dilaksanakan di Desa Ujanmas Lama Kecamatan Ujanmas dan di Kabupaten Pali dilaksanakan di Desa Ibul Kecamatan Talangubi.

"Jumlah petani karet anggota budidaya organik ini saat ini 98 orang, dengan luas tanaman yang menghasilkan seluas 66,5 hektar dan luasan tanaman yang belum menghasilkan seluas 234 hektar," katanya.

Share

Facebook Twitter Twitter
Medco Komitmen Kembangkan Pertanian Organik
Tanggal : 12 October 2015 By Administrator

Sistem pertanian dan perkebunan organik dinilai lebih menguntungkan, baik dari sisi ekonomi maupun produksi serta ramah lingkungan. Karena itu, dalam program pengembangan masyarakat berkelanjutan, PT Medco E&P Indonesia lebih fokus pada penerapan sistem pertanian atau perkebunan organik ini, yang saat ini difokuskan pada tanaman padi (SRI) dan tanaman karet (Bukor).

Abdul Rahman, Supervisor of Community Enhancement PT Medco EP Indonesia mengatakan, manfaat budidaya pertanian atau perkebunan organik bisa dilihat dari sisi produksi. Dimana, sebelum dilakukan penerapan, rata-rata produksi karet masyarakat berkisar 5-9 kg per ha per hari. Usia siap sadap sebelum penerapan, yaitu enam tahun. Sedangkan setelah diterapkan dengan sistem organik, maka produksinya bisa mencapai 25-30 kg per ha per hari. Usia sadapnya pun lebih cepat, yaitu usia 3-5 tahun sudah siap disadap.

Sedangkan dari sisi ekonomi, sebelum diterapkan dengan sistem organik, petani masih membeli bibit okulasi dengan harga Rp 9 ribu per bibit. Petani juga masih harus mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk dan pestisida kimia, yang menghabiskan dana hingga mencapai Rp 8,6 juta per tahun.

"Sementara dengan diterapkan sistem organik, petani bisa membuat dan menjual bibit okulasi. Petani juga dapat membuat pupuk (mol dan kompos) dan pestisida alami dari limbah organik," papar Abdul Rahman, saat acara workshop dan sharing knowledge industri hulu migas kepada insan media di Kabupaten Musirawas, yang digelar di Lubuklinggau, Rabu (9/9/2015).

"Dari sisi harga juga menjanjikan. Disaat harga karet dikisaran Rp 6 ribu, maka harga karet hasil penerapan organik, bisa diatas Rp 10 ribu. Karena kualitasnya lebih baik," sambungnya.

Dikatakan, komitmen PT Medco EP Indonesia adalah memberikan pembelajaran kepada masyarakat terkait pertanian dan perkebunan yang ramah lingkungan berkelanjutan. Pihaknya datang kelokasi masyarakat, melihat kondisi tanahnya, sekolah lapangan, dan bagaimana mencari bibit yang baik, penyemaian dan lainnya.

"Program ini sudah berjalan sekitar delapan tahun. Untuk di Musirawas, petani kita sudah menjadi mitra pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Perkebunan," katanya.

Dikatakan, di Musirawas, penerapan karet oganik kepada masyarakat sebagai bentuk CSR sudah dilakukan di sembilan desa di Kecamatan BTS Ulu, satu desa di Kecamatan Muaralakitan dan satu Desa di Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut. Sedangkan di Kabupaten Muaraenim dilaksanakan di Desa Ujanmas Lama Kecamatan Ujanmas dan di Kabupaten Pali dilaksanakan di Desa Ibul Kecamatan Talangubi.

"Jumlah petani karet anggota budidaya organik ini saat ini 98 orang, dengan luas tanaman yang menghasilkan seluas 66,5 hektar dan luasan tanaman yang belum menghasilkan seluas 234 hektar," katanya.

Share

Facebook Twitter Twitter
Medco Komitmen Kembangkan Pertanian Organik
Tanggal : 12 October 2015 By Administrator

Sistem pertanian dan perkebunan organik dinilai lebih menguntungkan, baik dari sisi ekonomi maupun produksi serta ramah lingkungan. Karena itu, dalam program pengembangan masyarakat berkelanjutan, PT Medco E&P Indonesia lebih fokus pada penerapan sistem pertanian atau perkebunan organik ini, yang saat ini difokuskan pada tanaman padi (SRI) dan tanaman karet (Bukor).

Abdul Rahman, Supervisor of Community Enhancement PT Medco EP Indonesia mengatakan, manfaat budidaya pertanian atau perkebunan organik bisa dilihat dari sisi produksi. Dimana, sebelum dilakukan penerapan, rata-rata produksi karet masyarakat berkisar 5-9 kg per ha per hari. Usia siap sadap sebelum penerapan, yaitu enam tahun. Sedangkan setelah diterapkan dengan sistem organik, maka produksinya bisa mencapai 25-30 kg per ha per hari. Usia sadapnya pun lebih cepat, yaitu usia 3-5 tahun sudah siap disadap.

Sedangkan dari sisi ekonomi, sebelum diterapkan dengan sistem organik, petani masih membeli bibit okulasi dengan harga Rp 9 ribu per bibit. Petani juga masih harus mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk dan pestisida kimia, yang menghabiskan dana hingga mencapai Rp 8,6 juta per tahun.

"Sementara dengan diterapkan sistem organik, petani bisa membuat dan menjual bibit okulasi. Petani juga dapat membuat pupuk (mol dan kompos) dan pestisida alami dari limbah organik," papar Abdul Rahman, saat acara workshop dan sharing knowledge industri hulu migas kepada insan media di Kabupaten Musirawas, yang digelar di Lubuklinggau, Rabu (9/9/2015).

"Dari sisi harga juga menjanjikan. Disaat harga karet dikisaran Rp 6 ribu, maka harga karet hasil penerapan organik, bisa diatas Rp 10 ribu. Karena kualitasnya lebih baik," sambungnya.

Dikatakan, komitmen PT Medco EP Indonesia adalah memberikan pembelajaran kepada masyarakat terkait pertanian dan perkebunan yang ramah lingkungan berkelanjutan. Pihaknya datang kelokasi masyarakat, melihat kondisi tanahnya, sekolah lapangan, dan bagaimana mencari bibit yang baik, penyemaian dan lainnya.

"Program ini sudah berjalan sekitar delapan tahun. Untuk di Musirawas, petani kita sudah menjadi mitra pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Perkebunan," katanya.

Dikatakan, di Musirawas, penerapan karet oganik kepada masyarakat sebagai bentuk CSR sudah dilakukan di sembilan desa di Kecamatan BTS Ulu, satu desa di Kecamatan Muaralakitan dan satu Desa di Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut. Sedangkan di Kabupaten Muaraenim dilaksanakan di Desa Ujanmas Lama Kecamatan Ujanmas dan di Kabupaten Pali dilaksanakan di Desa Ibul Kecamatan Talangubi.

"Jumlah petani karet anggota budidaya organik ini saat ini 98 orang, dengan luas tanaman yang menghasilkan seluas 66,5 hektar dan luasan tanaman yang belum menghasilkan seluas 234 hektar," katanya.

Share

Facebook Twitter Twitter
Medco Komitmen Kembangkan Pertanian Organik
Tanggal : 12 October 2015 By Administrator

Sistem pertanian dan perkebunan organik dinilai lebih menguntungkan, baik dari sisi ekonomi maupun produksi serta ramah lingkungan. Karena itu, dalam program pengembangan masyarakat berkelanjutan, PT Medco E&P Indonesia lebih fokus pada penerapan sistem pertanian atau perkebunan organik ini, yang saat ini difokuskan pada tanaman padi (SRI) dan tanaman karet (Bukor).

Abdul Rahman, Supervisor of Community Enhancement PT Medco EP Indonesia mengatakan, manfaat budidaya pertanian atau perkebunan organik bisa dilihat dari sisi produksi. Dimana, sebelum dilakukan penerapan, rata-rata produksi karet masyarakat berkisar 5-9 kg per ha per hari. Usia siap sadap sebelum penerapan, yaitu enam tahun. Sedangkan setelah diterapkan dengan sistem organik, maka produksinya bisa mencapai 25-30 kg per ha per hari. Usia sadapnya pun lebih cepat, yaitu usia 3-5 tahun sudah siap disadap.

Sedangkan dari sisi ekonomi, sebelum diterapkan dengan sistem organik, petani masih membeli bibit okulasi dengan harga Rp 9 ribu per bibit. Petani juga masih harus mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk dan pestisida kimia, yang menghabiskan dana hingga mencapai Rp 8,6 juta per tahun.

"Sementara dengan diterapkan sistem organik, petani bisa membuat dan menjual bibit okulasi. Petani juga dapat membuat pupuk (mol dan kompos) dan pestisida alami dari limbah organik," papar Abdul Rahman, saat acara workshop dan sharing knowledge industri hulu migas kepada insan media di Kabupaten Musirawas, yang digelar di Lubuklinggau, Rabu (9/9/2015).

"Dari sisi harga juga menjanjikan. Disaat harga karet dikisaran Rp 6 ribu, maka harga karet hasil penerapan organik, bisa diatas Rp 10 ribu. Karena kualitasnya lebih baik," sambungnya.

Dikatakan, komitmen PT Medco EP Indonesia adalah memberikan pembelajaran kepada masyarakat terkait pertanian dan perkebunan yang ramah lingkungan berkelanjutan. Pihaknya datang kelokasi masyarakat, melihat kondisi tanahnya, sekolah lapangan, dan bagaimana mencari bibit yang baik, penyemaian dan lainnya.

"Program ini sudah berjalan sekitar delapan tahun. Untuk di Musirawas, petani kita sudah menjadi mitra pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Perkebunan," katanya.

Dikatakan, di Musirawas, penerapan karet oganik kepada masyarakat sebagai bentuk CSR sudah dilakukan di sembilan desa di Kecamatan BTS Ulu, satu desa di Kecamatan Muaralakitan dan satu Desa di Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut. Sedangkan di Kabupaten Muaraenim dilaksanakan di Desa Ujanmas Lama Kecamatan Ujanmas dan di Kabupaten Pali dilaksanakan di Desa Ibul Kecamatan Talangubi.

"Jumlah petani karet anggota budidaya organik ini saat ini 98 orang, dengan luas tanaman yang menghasilkan seluas 66,5 hektar dan luasan tanaman yang belum menghasilkan seluas 234 hektar," katanya.

Share

Facebook Twitter Twitter
Medco Komitmen Kembangkan Pertanian Organik
Tanggal : 12 October 2015 By Administrator

Sistem pertanian dan perkebunan organik dinilai lebih menguntungkan, baik dari sisi ekonomi maupun produksi serta ramah lingkungan. Karena itu, dalam program pengembangan masyarakat berkelanjutan, PT Medco E&P Indonesia lebih fokus pada penerapan sistem pertanian atau perkebunan organik ini, yang saat ini difokuskan pada tanaman padi (SRI) dan tanaman karet (Bukor).

Abdul Rahman, Supervisor of Community Enhancement PT Medco EP Indonesia mengatakan, manfaat budidaya pertanian atau perkebunan organik bisa dilihat dari sisi produksi. Dimana, sebelum dilakukan penerapan, rata-rata produksi karet masyarakat berkisar 5-9 kg per ha per hari. Usia siap sadap sebelum penerapan, yaitu enam tahun. Sedangkan setelah diterapkan dengan sistem organik, maka produksinya bisa mencapai 25-30 kg per ha per hari. Usia sadapnya pun lebih cepat, yaitu usia 3-5 tahun sudah siap disadap.

Sedangkan dari sisi ekonomi, sebelum diterapkan dengan sistem organik, petani masih membeli bibit okulasi dengan harga Rp 9 ribu per bibit. Petani juga masih harus mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk dan pestisida kimia, yang menghabiskan dana hingga mencapai Rp 8,6 juta per tahun.

"Sementara dengan diterapkan sistem organik, petani bisa membuat dan menjual bibit okulasi. Petani juga dapat membuat pupuk (mol dan kompos) dan pestisida alami dari limbah organik," papar Abdul Rahman, saat acara workshop dan sharing knowledge industri hulu migas kepada insan media di Kabupaten Musirawas, yang digelar di Lubuklinggau, Rabu (9/9/2015).

"Dari sisi harga juga menjanjikan. Disaat harga karet dikisaran Rp 6 ribu, maka harga karet hasil penerapan organik, bisa diatas Rp 10 ribu. Karena kualitasnya lebih baik," sambungnya.

Dikatakan, komitmen PT Medco EP Indonesia adalah memberikan pembelajaran kepada masyarakat terkait pertanian dan perkebunan yang ramah lingkungan berkelanjutan. Pihaknya datang kelokasi masyarakat, melihat kondisi tanahnya, sekolah lapangan, dan bagaimana mencari bibit yang baik, penyemaian dan lainnya.

"Program ini sudah berjalan sekitar delapan tahun. Untuk di Musirawas, petani kita sudah menjadi mitra pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Perkebunan," katanya.

Dikatakan, di Musirawas, penerapan karet oganik kepada masyarakat sebagai bentuk CSR sudah dilakukan di sembilan desa di Kecamatan BTS Ulu, satu desa di Kecamatan Muaralakitan dan satu Desa di Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut. Sedangkan di Kabupaten Muaraenim dilaksanakan di Desa Ujanmas Lama Kecamatan Ujanmas dan di Kabupaten Pali dilaksanakan di Desa Ibul Kecamatan Talangubi.

"Jumlah petani karet anggota budidaya organik ini saat ini 98 orang, dengan luas tanaman yang menghasilkan seluas 66,5 hektar dan luasan tanaman yang belum menghasilkan seluas 234 hektar," katanya.

Share

Facebook Twitter Twitter